My Thoughts of Social Media
5:56 PMHidup di jaman modern saya termasuk generasi awal yang terpapar dengan kehadiran social media di Indonesia. Social media pertama yang saya miliki yaitu Friendster, saat itu saya masih duduk di bangku SMP. Disanalah tempat saya mengekspresikan diri, mulai dari berbagi lagu favorit, mengubah layout sesuai dengan film kesukaan, atau mengirimkan pesan ke teman terdekat. Itu tahun 2006.
Fast forward, muncul lah Facebook, Instagram, Path, Twitter dan Snapchat (I had them all)
Semua social media ini memiliki satu kesamaan, yaitu membuat penggunanya kecanduan untuk terus-terusan scroll down, menekan tombol like, atau sekedar explore feed akun-akun yang sebenarnya tidak terlalu relevan dengan kehidupan kita.
Sampai pada di satu titik, di tahun 2018, 14 tahun setelah social media masuk di kehidupan saya.
Saya memutuskan untuk menghapus seluruh akun social media saya kecuali Instagram. Itu pun saya sempat melakukan detox atau tidak membuka akun saya selama sebulan karena adanya social anxiety setiap melihat di feed ada kolega saya yang membagi hari bahagianya dan saya mulai melakukan komparasi terhadap kehidupan saya yang sebenarnya tidak terlalu miserable amat.
Social media memang diciptakan untuk membuat kita kecanduan dengan segala informasi yang ia punya, tapi jangan sampai kita terlena dan merasa harus terus-terusan stay put dengan semua informasi tersebut. Ada informasi yang berguna untuk kita, ada yang hanya jadi junk di otak.
Dan social media tidak bisa menentukan siapa kita, banyak aktor terkenal seperti Bradley Cooper, Emma Stone, Jennifer Lawrence refuse untuk memiliki social media karena berbagai alasan. Tapi mereka yang tidak punya ini adalah aktor A-Class Hollywood yang mendapat penghargaan Golden Globe dan Oscar.
Yet they still have a lot of friends and fans even without a Twitter account.
-df
0 comments